Etnobiologi
berasal dari kata Etnologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang
etnis, suku, atau masyarakat lokal serta budaya yang ada pada masyarakat
tersebut, dan Biologi yaitu studi tentang hidup dan organisme
hidup. Etnobiologi diartikan sebagai studi ilmiah pada dinamika hubungan
diantara masyarakat, biota, dan lingkungan yang telah ada sejak dulu dan hingga
sekarang. Selain itu, Etnobiologi merupakan studi tentang bagaimana
interaksi masyarakat tertentu (etnis) pada seluruh aspek lingkungan
alami.
Terdapat
beberapa subdisiplin ilmu dari etnobiologi, antara lain:
- Etnobotani, yaitu studi ilmiah yang
mengkaji hubungan antara masyarakat dengan tanaman. Dalam hal ini, peneliti
menggali informasi tentang bagaimana masyarakat memanfaatkan tanaman tertentu,
apakah untuk pengobatan, ritual adat, pakaian, alat rumah tangga dan
sebagainya.
- Etnozoologi, yaitu studi ilmiah yang
mengkaji interrelationship yang ada pada masa lampau dan masa kini antara
masyarakat dengan hewan yang ada disekitarnya.
- Etnoekologi, yaitu studi ilmiah yang
mengkaji cara (metode) beberapa kelompok masyarakat pada lokasi atau daerah
yang berbeda dalam memahamai ekosistem di sekitar tempat tinggalnya (bagaimana
pemahaman terhadap lingkungan tempat tinggalnya, dan bagaimana interaksi yang
terjadi antara masyarakat terhadap lingkungan tempat tinggalnya; pemanfaatan,
pengelolaan dan pelestarian lingkungan)
- Etno-entomologi, yaitu studi ilmiah
yang mengkaji interaksi yang terjadi pada serangga dengan masyarakat
tertentu (etnis) di masa lampau dan masa kini.
- Etno-herpetologi, yaitu studi ilmiah
yang mengkaji interaksi yang terjadi pada amfibi dan reptil dengan masyarakat
tertentu (etnis) di masa lampau dan masa kini.
- Etno-likenologi, yaitu studi ilmiah yang mengkaji interaksi yang terjadi pada liken dengan masyarakat tertentu (etnis) baik pada masa lampau maupun masa kini.
- Etno-mikologi, yaitu studi ilmiah yang mengkaji interaksi yang terjadi pada kelompok jamur dengan masyarakat tertentu (etnis) di masa lampau dan masa kini.
- Etno-ornitologi, yaitu studi ilmiah yang mengkaji interaksi yang terjadi antara burung dan masyarakat tertentu (etnis) di masa lampau dan masa kini.
Interaksi
yang dikaji dalam etnobiologi merupakan interaksi baik pemanfaatan, pengelolaan
maupun upaya pelestarian yang dilakukan masyarakat tertentu (etnis). Biasanya
pada kajian interaksi akan berhubungan dengan adat istiadat, mitos dan budaya
yang telah tertanam pada masyarakat lokal tertentu (etnis). Tujuan dari
kegiatan melakukan studi etnobiologi ini adalah menggali informasi dan kekayaan
intelektual masyarakat lokal (etnis) yang memiliki makna dan kearifan lokal
yang bermanfaat dalam menjaga keseimbangan alam dan upaya konservasi
lingkungan, serta kehidupan manusia.
Sebagai
contoh, adanya mitos pada masyarakat Jawa yang mensakralkan pohon beringin.
Pohon beringin dianggap sebagai rumah bagi para demit, hantu, jin
atau arwah nenek moyangnya. Para leluhur suku Jawa memberikan wejangan kepada
keturunannya untuk tidak menebang pohon beringin dengan alasan akan membuat jin
atau penghuni pohon tersebut marah dan mengganggu kehidupan si penebang,
sehingga dengan wejangan tersebut, keturunnya tidak ada yang berani menebang
pohon. Wejangan dari leluhur tersebut menjadi sebuah tindakan arif yang
dilakukan pada masa itu (dimana dinamisme dan animisme masih kuat), sehingga
dari wejangan tersebut memberikan keuntungan secara ekologis pada lingkungan di
sekitar beringin.
Beringin
merupakan pohon yang dikenal memiliki daun yang rimbun dan salah satu tanaman
dengan tipe akar yang mencekeram tanah sehingga mencegah dari longsor dan
menjaga tata air tanah. Dengan kerimbunan daunnya, menjadi daya tarik bagi
beberapa jenis burung untuk menjadikan beringin sebagai tempat tinggal dan
pemenuh kebutuhan pangan karena melimpahnya biji dan serangga. Biji beringin
disukai oleh Punai Gading (Treron vernans) dan Kepudang Kuduk Hitam (Oriolus
chinensis). Burung pemakan ulat atau tawon ficus yakni Cipoh Kacat (Aegithina
thipia) dan Walet Sapi (Callocalia esculenta), sedangkan burung yang
suka bersarang di pohon ini adalah Kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan
Trocokan (Pycnonotus goiavier) dan masih banyak lagi (LKIM UNAND).
Contoh
kajian lain yang diperoleh dari masyarakat lokal adalah pemanfaatan berbagai
jenis tanaman untuk pengobatan yang saat ini dikenal dengan herbal (tapak
liman, mahkota dewa, beluntas, akar dewa, dsb.), indikator keberadaan air
(Bambu); pemanfaatan hewan (serangga sebagai indikator perubahan musim
(garengpung), indikator keberadaan air (Katak Rana) dsb.).