Ekosistem perairan terbagi menjadi dua, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem
air laut. Pembagian ini berdasarkan perbedaan fisik dan kimiawi yang memengaruhi
komunitas perairan tersebut. Bioma air tawar umumnya memiliki konsentrasi garam
kurang dari 1%, sedangkan bioma laut umumnya memiliki konsentrasi garam 3%.
a. Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar umumnya dibagi menjadi dua kelompok yaitu lentik dan
lotik. Lentik merupakan habitat air yang tidak terdapat arus air yang mengalir
terus, contohnya adalah danau. Adapun lotik adalah habitat air yang mengalir,
contohnya adalah sungai.
Danau memiliki ciri khas air yang tenang sehingga kondisi biotik dan
abiotiknya relatif stabil. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari
memungkinkan terjadinya fotosintesis disebut daerah fotik.
Adapun daerah yang
tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari disebut daerah afotik. Pada umumnya,
danau memiliki tiga zona, yaitu zona litoral, zona limnetik, dan zona profundal.
Zona litoral merupakan daerah dangkal berdekatan dengan tepi danau dan dapat
ditembus cahaya dengan optimal. Tumbuhan yang berakar dan alga yang mengapung
merupakan ciri-ciri zona litoral.
Zona limnetik merupakan daerah yang jauh dari tepi danau, namun masih dapat
ditembus cahaya. Pada zona ini, fitoplankton dan tumbuhan yang berfotosintesis
menyediakan makanan bagi zooplankton, ikan-ikan, dan hewan lainnya.
Zona profundal merupakan daerah yang tidak dapat ditembus oleh cahaya
matahari (afotik). Pada zona ini hidup predator heterotrof dan bentos (hidup di
dasar air) yang mendekomposisi (menguraikan) limbah-limbah organik. Selain itu,
pada zona profundal terdapat banyak bakteri dan makhluk hidup lain yang dapat
hidup secara anaerob. Perhatikan Gambar Berikut.
|
Pembagian zona pada ekosistem danau. |
Sungai merupakan air yang mengalir searah dari hulu menuju hilir. Aliran air
yang konstan, mengikis tanah dan membentuk habitat unik yang menjadi penunjang
kehidupan beberapa organisme. Selan itu, aliran sungai memengaruhi penumpukan
sedimen, suplai oksigen, dan nutrisi.
Kecepatan aliran sungai dapat berbeda-beda pada beberapa titik. Gesekan pada
dinding dan dasar sungai mengurangi kecepatan arus sehingga alga dapat menempel
pada permukaan bebatuan, akar tanaman dapat menancap, dan hewan dapat hidup di
dasar sungai tanpa terbawa arus.
b. Ekosistem Laut
Ekosistem laut biasa juga dinamakan sebagai ekosistem bahari. Ekosistem
bahari merupakan ekosistem paling luas di permukaan bumi. Lebih dari dua pertiga
bagian bumi ini merupakan ekosistem laut. Ekosistem ini meliputi ekosistem
perairan laut dalam, ekosistem perairan laut dangkal (litoral), dan ekosistem
daerah pasang surut.
1) Ekosistem perairan laut dalam
Ekosistem ini memiliki ciri spesifik, yaitu tidak terjangkau oleh sinar
matahari. Akibatnya, di ekosistem ini tidak ditemukan organisme
fotoautotrof.
Di dalam ekosistem perairan laut dalam, jumlah detritivora (pengurai),
karnivora (pemakan daging), dan saprofor (pemakan sampah) sangat melimpah. Oleh
karena keadaannya yang gelap, banyak di antara jenisnya dilengkapi dengan organ
yang bercahaya. Keterangan mengenai ekosistem ini belum begitu lengkap akibat
kendala medan yang sulit diteliti. Penelitian tentang ekosistem ini memerlukan
alat berat yang dapat menahan tekanan air yang besar.
2) Ekosistem perairan laut dangkal
Ekosistem ini disebut juga ekosistem litoral. Ekosistem ini berada di
daerah pantai yang tergenang air laut, kecuali pada saat air surut. Daerahnya
terbuka dan relatif tidak terpengaruh oleh air sungai besar karena memiliki
jarak yang cukup jauh. Ekosistem ini banyak ditemukan di pantai utara Jawa,
Bali, Sumbawa, dan Sulawesi. Komunitas di daerah ini didominasi beberapa macam
ganggang, misalnya Sargassum. Ekosistem perairan dangkal dapat dibedakan menjadi
beberapa subekosistem, antara lain ekosistem terumbu karang, pantai batu, dan
pantai lumpur.
3) Ekosistem terumbu karang
Ekosistem terumbu karang terbentuk di daerah perairan jernih, yaitu hasil
aktivitas organisme hewan berongga (Cnidaria). Ekosistem ini memiliki nilai
ekonomis yang tinggi karena di dalamnya terdapat bermacam-macam ikan, udang, dan
hewan laut lainnya. Ekosistem ini banyak terdapat di perairan Nusa Tenggara dan
Maluku.
4) Ekosistem pantai batu
Ekosistem ini didominasi batuan yang umumnya berukuran besar dan keras
hasil penyatuan (konglomerasi) batu-batu kecil dengan tanah liat dan kapur.
Bebatuan tersebut dapat pula terbentuk dari bongkahan batu granit yang besar.
Biasanya, ekosistem pantai batu banyak terdapat di pesisir pantai yang berbukit,
seperti pantai selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku. Vegetasi yang
dominan antara lain Eucheuma dan Sargassum.
5) Ekosistem pantai lumpur
Ekosistem pantai lumpur terdapat di muara sungai yang menjorok ke laut
dengan bentangan yang cukup luas. Ekosistem seperti ini banyak ditemukan di
Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Komunitas pionir yang berkembang di
komunitas ini, di antaranya api-api (Avicennia), bakau (Sonneratia), dan
beberapa rumput laut seperti Enhalus acoroides. Ekosistem ini memiliki tipe
estuaria atau muara sungai dan menjadi habitat ikan gelodok.