Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu menjumpai perubahan materi.
Sebagian dari perubahan bentuk itu disertai terbentuknya zat baru,
sebagian lagi hanya berupa perubahan tempat, bentuk atau wujud. Kedua
jenis perubahan itu dapat kita jumpai pada lilin yang menyala. Lilin
yang meleleh masih tetap lilin, yang berubah hanya wujudnya. Lilin
yang terbakar akan menjadi gas dan sejumlah energi (panas dan
cahaya). Lilin yang menyala makin lama makin pendek. Apakah lilin itu
hilang? Tidak. Lilin tidak hilang, tetapi berubah menjadi zat-zat
baru yang berwujud gas, yaitu gas karbon dioksida dan uap air.
Apabila seluruh hasil pembakaran ditampung dan ditimbang, niscaya
massanya sama dengan massa lilin ditambah dengan massa oksigen yang
terpakai pada pembakaran itu.
A.
Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
Pernahkah
Anda memperhatikan sepotong besi yang dibiarkan di udara terbuka, dan
pada suatu waktu kita akan menemukan, bahwa besi itu telah berubah
menjadi karat besi? Jika kita timbang massa besi sebelum berkarat
dengan karat besi yang dihasilkan, ternyata massa karat besi lebih
besar. Benarkah demikian? Anda sering melihat kayu atau kertas
terbakar, bukan? Hasil yang diperoleh berupa sejumlah sisa pembakaran
yaitu abu. Jika Anda menimbang abu tersebut maka massa abu lebih
ringan dari massa kayu atau kertas sebelum dibakar. Benarkah
demikian? Dari kejadian tersebut, kita mendapatkan gambaran bahwa
seolah-olah dalam suatu reaksi kimia, ada perbedaan massa zat,
sebelum dan sesudah reaksi.
Antoine
Laurent Lavoisier (1743–1794) seorang ahli kimia berkebangsaan
Prancis telah menyelidiki hubungan massa zat sebelum dan sesudah
reaksi. Lavoisier menimbang zat-zat sebelum bereaksi kemudian
menimbang hasil-hasil reaksinya. Ternyata massa zat sebelum dan
sesudah bereaksi selalu sama. Akan tetapi, perubahan-perubahan materi
umumnya berlangsung dalam sistem terbuka sehingga apabila hasil
reaksi ada yang meninggalkan sistem (seperti pembakaran lilin) atau
apabila sesuatu zat dari lingkungan diikat (seperti proses perkaratan
besi yang mengikat oksigen dari udara) maka seolah-olah massa zat
sebelum dan sesudah reaksi menjadi tidak sama. Dari percobaan yang
dilakukan Lavoisier terhadap merkuri cair dan oksigen hingga
terbentuk merkuri oksida yang berwarna merah, Lavoiser mengambil
kesimpulan yang dikenal dengan hukum kekekalan massa yaitu:
"Massa
zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap".
B.
Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
Ada
berbagai senyawa yang dibentuk oleh dua unsur atau lebih, sebagai
contoh air (H2O). Air dibentuk oleh dua unsur yaitu unsur
hidrogen dan oksigen. Materi mempunyai massa, termasuk hidrogen dan
oksigen. Bagaimana kita mengetahui massa unsur hidrogen dan oksigen
yang terdapat dalam air? Seorang ahli kimia Prancis yang bernama
Joseph Louis Proust (1754–1826) mencoba menggabungkan hidrogen dan
oksigen untuk membentuk air.
|
Hasil Eksperimen Proust.
|
Dari
tabel di atas terlihat, bahwa setiap 1g gas hidrogen bereaksi dengan
8g oksigen menghasilkan 9g air. Hal ini membuktikan bahwa massa
hidrogen dan massa oksigen yang terkandung dalam air memiliki
perbandingan yang tetap yaitu 1 : 8, berapapun banyaknya air yang
terbentuk. Dari percobaan yang dilakukannya, Proust mengemukakan
teorinya yang terkenal dengan sebutan hukum perbandingan tetap, yang
berbunyi:
"Perbandingan
massa unsur-unsur penyusun suatu senyawa selalu tetap".
Contoh
Soal :
Jika
kita mereaksikan 4 g hidrogen dengan 40 g oksigen, berapa g air yang
terbentuk?
Penyelesaian
:
Perbandingan
massa hidrogen dengan oksigen = 1 : 8.
Perbandingan
massa hidrogen dengan oksigen yang dicampurkan = 4 : 40.
Oleh
karena perbandingan hidrogen dan oksigen = 1 : 8 maka 4 gr hidrogen
memerlukan 4 x 8 g oksigen yaitu 32 g.
Pada
kasus ini oksigen yang dicampurkan tidak bereaksi semuanya, oksigen
masih bersisa sebanyak ( 40 – 32 ) g = 8 g. Nah, sekarang kita akan
menghitung berapa massa air yang terbentuk dari 4 g hidrogen dan 32 g
oksigen. Jawabannya tentu saja 36 g.
Hukum
Proust dapat dijabarkan lagi, dalam rangka menentukan kadar unsur
atau massa unsur dalam senyawa. Secara umum untuk senyawa : Am
Bn
%A dalam Am Bn =
Massa B dalam Am
Bn =
Oleh
karena itu dapat juga diturunkan kadar zat dalam campuran, cuplikan,
atau mineral, atau bijih.
Contoh
soal :
Berapa
kadar C dalam 50 g CaCO3 ? (Ar : C = 12; O= 16;
Ca=40) ?
Penyelesaian
:
Massa
C:
=
(Ar C / Mr CaCO3 ) x massa CaCO3
=
12/100 x 50 g = 6 g
Kadar
C :
=
massa C / massa CaCO3 x 100%
=
6/50 x 100 % = 12%
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan sifat-sifat senyawa sebagai berikut.
Tergolong zat tunggal.
Homogen.
Dengan cara kimia dapat diuraikan menjadi dua jenis zat atau lebih.
Terdiri dari dua jenis unsur atau lebih dengan perbandingan
tertentu.
Mempunyai sifat-sifat tertentu yang berbeda dari sifat unsur-unsur
penyusunnya (sifat unsur penyusun senyawa tidak tampak lagi).
C.
Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)
Komposisi
kimia ditunjukkan oleh rumus kimianya. Dalam senyawa, seperti air,
dua unsur bergabung dan masing-masing menyumbangkan sejumlah atom
tertentu untuk membentuk suatu senyawa. Dari dua unsur dapat dibentuk
beberapa senyawa dengan perbandingan berbeda-beda. Misalnya, belerang
dengan oksigen dapat membentuk senyawa SO2 dan SO3 .
Dari unsur hidrogen dan oksigen dapat dibentuk senyawa H2O
dan H2O2 .
Dalton
menyelidiki perbandingan unsur-unsur tersebut pada setiap senyawa dan
mendapatkan suatu pola keteraturan. Pola tersebut dinyatakan sebagai
hukum perbandingan berganda yang bunyinya:
"Apabila
dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa, massa salah satu
unsur tersebut tetap (sama) maka perbandingan massa unsur yang lain
dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan bilangan bulat dan
sederhana".
Contoh:
Nitrogen
dan oksigen dapat membentuk senyawa-senyawa N2O, NO, N2O3
, dan N2O4 dengan komposisi massa terlihat
dalam tabel berikut.
|
Perbandingan
Nitrogen dan Oksigen dalam Senyawanya
|
Dari
tabel tersebut, terlihat bahwa apabila massa N dibuat tetap (sama)
sebanyak 7 g maka perbandingan massa oksigen dalam:
N2O
: NO : N2O3 : N2O4 = 4 :
8 : 12 : 16 atau 1 : 2 : 3 : 4
D.
Hukum Perbandingan Volume (Gay Lussac)
Pada
awalnya para ilmuwan menemukan bahwa gas hidrogen dapat bereaksi
dengan gas oksigen membentuk air. Perbandingan volume gas hidrogen
dan oksigen dalam reaksi tersebut tetap, yakni 2 : 1. Kemudian di
tahun 1808, ilmuwan Prancis, Joseph Louis Gay Lussac, berhasil
melakukan percobaan tentang volume gas yang terlibat pada berbagai
reaksi dengan menggunakan berbagai macam gas.
Berikut
data dari percobaan yang dilakukan.
|
Data
Percobaan Gay Lussac.
|
Menurut
Gay Lussac, 2 volume gas hidrogen bereaksi dengan 1 volume gas
oksigen membentuk 2 volume uap air. Pada reaksi pembentukan uap air,
agar reaksi sempurna, untuk setiap 2 volume gas hidrogen diperlukan 1
volume gas oksigen, menghasilkan 2 volume uap air.
"Semua
gas yang direaksikan dengan hasil reaksi, diukur pada suhu dan
tekanan yang sama atau (T,P) sama."
Hukum
perbandingan volume (Gay Lussac):
dengan
P dan T tetap
Keterangan
:
P =
tekanan gas (atm)
T =
suhu (K)
V=
volume gas (L)
N=
banyaknya gas (mol)
Coba
Anda perhatikan data hasil percobaan volume gas yang bereaksi pada
suhu dan tekanan yang sama. (untuk lebih memahami hukum perbandingan
volume). Data
hasil percobaan sebagai berikut.
Berdasarkan
data percobaan dalam tabel di atas, perbandingan volume gas yang
bereaksi dan hasil reaksi, ternyata berbanding sebagai bilangan
bulat. Data percobaan tersebut sesuai dengan hukum perbandingan
volume atau dikenal dengan hukum Gay Lussac bahwa:
"Pada
suhu dan tekanan yang sama perbandingan volume gas-gas yang bereaksi
dan hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat".