Defisiensi
magnesium pada kesehatan individu yang mengkonsumsi makanan seimbang
jarang terjadi sebab magnesium banyak ditemukan pada sumber makanan
baik dari tumbuhan maupun hewan. Sumber makanan seperti biji-bijian
cereal, sayuran berhijau daun, kedelai, kacang-kacangan, buah-buahan
kering, protein hewani dan makanan laut (seafood) merupakan sumber
makanan yang banyak mengandung magnesium (Topf and Murray, 2003).
Di
samping itu, dalam keadaan normal defisiensi magnesium dapat
dihindari, karena ginjal dapat menjaga batas pengeluaran magnesium
lewat urine ketika makanan sedikit yang masuk. Beberapa sumber
makanan yang mengandung magnesium dapat dilihat pada Tabel berikut.
|
Beberapa sumber makanan yang mengandung magnesium |
Defisiensi
magnesium dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu diare yang
panjang, penyakit Crohn's, malabsorption sindrom, terjadinya
pembedahan dan peradangan di usus, proses radiasi dan kemoterapi.
Diabetes melitus dan dalam jangka waktu yang lama mengalami diuresis
dapat pula mengakibatkan peningkatan kehilangan magnesium melalui
urine (Saris et al. 2000).
Pemasukan
makanan yang kurang, masalah pencernaan dan peningakatan kehilangan
urine yang tinggi seluruhnya memberikan kontribusi pengurangan
magnesium, dimana secara teratur ditemukan pada alkoholik. Beberapa
studi menemukan bahwa orang yang sudah tua relatif rendah pemasukan
magnesiumnya lewat makanan. Hal tersebut disebabkan absorpsi
magnesium di usus cenderung menurun dan ekskresi magnseium cenderung
meningkat. Pemberian magnesium yang kurang optimal pada orang tua
dapat meningkatkan resiko kekurangan magnesium. Telah dilaporkan
bahwa defisiensi magnesium menyebabkan komplikasi ginjal (Bhuto et
al. 2005).
Beberapa
penyakit yang berhubungan dengan kekurangan magnesium dapat ditemukan
pada tubuh manusia. Radioterapi seperti kemoterapi yang merupakan
penanganan khusus untuk kanker dengan menggunakan Cis-platium, telah
diobervasi pada pasien hipomagnesaemia. Efek samping kemoterapi
tersebut yaitu dapat menurunkan penggunaan supplemen magnesium.
Stabilitas DNA bergantung pada konsentrasi magnesium. Secara klinis
dan biologis konsekuensi tidak normalnya konsentrasi magnesium di
dalam tubuh berpengaruh pada pembelahan DNA, akibatnya dapat
menimbulkan penyakit dan kanker.
Karsinogenesis
dan pertumbuhan sel juga bergantung pada konsentrasi ion magnesium.
Keberadaan ion magnesium dilaporkan berinteraksi sinergis dengan Li
dan Mn, tetapi antagonis dengan ion metal esensial seperti Zn>Mg>Ca,
dalam fungsinya pada DNA binding. Dalam kasus toksik metal seperti
Cd, Ga, dan Ni antagonis pada DNA binding (Bhuto et al. 2005).