• Tentang
  • Panduan Pengguna
  • Kebijakan Cookie
  • Peta Situs

Biologi Indonesia

Media Pembelajaran online ilmu Biologi

  • Home
  • Makalah
  • Bank Soal
  • Berita
  • Materi
  • Kelas 10
  • Kelas 11
  • Kelas 12
Home » artikel » Semangat Preservasi Alami, dan Hemat Sumber Daya

Semangat Preservasi Alami, dan Hemat Sumber Daya

artikel
Gaung lingkungan di negara-negara maju sejak beberapa tahun terakhir merasuki perusahaan besar. Berkaca dari pengalaman go green melakukan “penghijauan” perusahaan, dan beberapa usaha yang dirintis di Indonesia, barangkali bisa membuat banyak perusahaan tergerak mengikuti jejek mereka.

Amatilah beragam kertas yang dijual mulai dari tisu, kertas surat, sampai kertas memo. Beberapa di antaranya menyebutkan kertasnya sebagai hasil daur ulang. Hal yang sama, juga bisa dijumpai pada beberapa produk lain seperti kaleng minuman, kosmetika, dan bahkan juga sumpit. Intinya, produk itu bersahabat dengan lingkungan.

Gaya hidup dunia saat ini, terutama di negara maju, memang didominasi isu lingkungan. Setiap percakapan dan laporan media massa, banyak dibumbui keterangan mengenai planet bumi yang rapuh dan terancam. Tidak usahlah dirinci lebih lanjut, diskusi itu sekadar ikut-ikutan atau benar-benar tahu. Tidak heran bila segala usaha kemudian mulai dari pemberian dana, transaksi jual beli, sampai ke citra perusahaan, selalu ditumpangi atribut lingkungan. Beberapa perusahaan di negara maju yang sejak awal membawa bendera lingkungan, ternyata sukses diserbu konsumen. Disadari atau tidak, tampaknya fenomena baru ini menunjukkan semua yang berbau lingkungan akan menaikkan pula gengsi konsumen maupun produsennya. Lingkungan sudah menjadi komiditi ekonomi.

SEBUTLAH Body Shop, suatu produsen yang sekaligus juga memiliki jaringan toko kosmetika yang berpusat di Inggris tegas-tegas menyebutkan hanya menggunakan bahan baku alami yang sama sekali tidak membahayakan binatang, manusia, dan planet bumi, dengan memenfaatkan khasiat segala jenis tumbuhan yang sudah dikenal manusia ribuan tahun.

Toko kosmetika yang sudah tersebar pada lebih dari 37 negara sangat dikenal dengan motonya yang tidak melakukan uji coba kosmetiknya pada binatang. Di tengah riuhnya tekanan kelompok lingkungan pada masyarakat Eropa yang anggotanya paling banyak memproduksi kosmetik untuk menghentikan penyiksaan pada binatang dengan uji coba kosmetik, Body Shop memang membawa angin segar.

Tentang uji coba kosmetik pada binatang ini, kalau dilihat memeng mengerikan. Mata- mata kelinci diolesi krim mata untuk melihat efeknya, menyebabkan iritasi atau tidak. Bibir monyet diolesi lipstik dan tikus bermandi parfum. Tidak heran bila di laboratorium kosmetik banyak dijumpai binatang yang bermata dan berbibir bengkak, rontok bulunya, atau tengah terkapar kesakitan gara-gara tubuhnya ditempeli beragam kosmetik.

Di Jerman, barang-barang yang berlabel blue angel juga diserbu pembeli. Label yang hanya bisa diperoleh perusahaan dengan susah payah karena pengujiannya yang ketat itu, menandakan priduk itu dibuat tanpa merusak alam dan setelah digunakan juga tidak menambah timbunan limbah di bumi. Pokoknya harus bersifat 3R, reduce, reuse, recycle atau mengurangi bahan baku, bisa digunakan kembali, dan bisa didaur ulang.

Semboyan 3R ini pula yang kini banyak diterapkan di berbagai perusahaan di Amerika Serikat. Fenomena perusahaan go green di AS ini, bahkan pernah diberi peringkat secara khusus oleh majalah Fortune yang mengklasifikasi 10 perusahaan dalam kategori terbaik, 10 lainnya mengalami kemajuan paling pesat, dan 10 lainnya sebagai paling buruk.

Beberapa perusahaan bermarkas di Amerika. Sejak memproklamirkan dirinya sebagai perusahaan “hijau” semua bahan baku yang menggunakan CFC ditinggalkan. Bahan kimia singkatan dari chlorofluorocarbon ini merupakan perusak ozon terbesar saat ini. Produk-produknya berupa kertas memo kuning kecil-kecil berperekat, juga dibuat dari kertas daur ulang dan tidak menggunakan chlorine yang sangat mencemari air. Perusahaan kimia Dow Chermical di AS dan termasuk 10 terbaik versi Fortune, memperbaiki sistem pengelolaan lateks dan salah satu pabriknya dengan cara mengubah pipa-pipa dan peralatan produksinya. Hasilnya, perusahaan ini berhasil mengurangi limbahnya hingga 60 % dan hemat biaya 325.000 dollar AS pertahun.

Namun yang menarik, perusahaan-perusahaan yang menyatakan dirinya go green ini ternyata tidak sekedar menjual “lingkungan”. Selain ke luar membantu segala kegiatan yang berbau lingkungan, seperti Green peace dan aktif mendukung urusan humaniora seperti Amnesti Internasional yang memang tidak lepas dari citra perusahaan, ternyata ke dalampun mereka dodrong para karyawannya cinta lingkungan.

Perusahaan Telekomunikasi AT&T, menerapkan program Total Quality Management (TQM). Tugas pertama tim TQM adalah mengendalikan limbah kantor yang paling universal, kertas. Maka yang dilakukan adalah kampanye besar-besaran untuk tidak menggunakan kertas untuk surat menyurat dan mengganti dengan pesan elektronik lewat komputer(internet). Ternyata konsumsi kertas bisa dihemat 22 %. Ini juga dilakukan devisi jarak jauh. Ketika proses mengirim dan menerima surat sebanyak mungkin dialihkan pada media internet dan bisa juga pakai modem hasilnya sekitar 6 juta lembar kertas dihemat per tahun. Total penghematan dari program TQM ini adalah sekitar 5,5 juta dollar AS pertahun.

Di Body Shop, selain penghematan kertas dan melarang penggunaan piring dan gelas styrofoam di kantin, para karyawannya disarankan naik sepeda. Mereka mendapat kredit dari kantor dan dengan harga khusus pula untuk membeli sepeda. Untuk itu, Body Shop bekerja sama dengan industri sepeda bergengsi Raleigh. Untuk pekerjaan ke luar yang membutuhkan mobil, para karyawan bisa menggunakan mobil kantor. Perlindungan gajah, badak, paus, dan penyu hijau bahkan masuk agenda Body Shop.

Merekalah yang secara aktif yang mengkampanyekan perlunya perlindungan bagi binatang-binatang yang terancam punah itu, selain juga menjadi penyandang dananya. Terutama paus dan penyu, ironisnya memang dibunuh untuk digunakan sebagai bahan baku kecantikan. Sesuai dengan komitmen, maka minyak paus dan bulus ini diganti dengan bahan baku sintetis pada produk Body Shop.

Sayangnya fenomena ini gaungnya belum begitu kencang di Indonesia. Betul beberapa perusahaan memiliki pengolah limbah sesuai dengan rekomendasi AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan) terutama yang ikut program kali bersih , tetapi ini hanya beberapa, itupun kalau kita mau jujur, lebih banyak karena tekanan pemerintah.

Perusahaan air kemasan Aqua misalnya, mulai melakukan program daur ulang untuk botol ukuran 600 ml dan 1500 ml. Sayangnya, program ini masih terbatas pada toko- toko tertentu sebagai tempat penukaran botol-botol bekas. Masayarakat pun tidak banyak tahu.

Program go green yang sama, juga pernah digaungkan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, tahun 2001 – 2004 melalui Direktorat jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan yaitu proyek Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH), dengan kegiatan Training Of Trainer (TOT) Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang diikuti oleh guru-guru SD, SMP, SMA dan SMK , seluruh Indonesia termasuk Widyaiswara dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) seluruh Indonesia yang materinya antara lain penghematan sumber daya, kepedulian lingkungan, pemeliharaan lingkungan (sekolah hijau), dan program 3R. Demikian juga di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (P4TK IPA) Bandung melalui Proyek Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) untuk para Widyaiswara LPMP dan pengimbasan ke sekolah- sekolah, khusus guru-guru SD dan TK dengan materi yang sama. Kegiatan ini dimaksudkan agar guru-guru yang mengajar di sekolah agar mengintegrasikan mata pelajaran yang diajarkan dengan lingkungan hidup. Tapi beberapa tahun terakhir ini tidak terdengar lagi gaungnya, seperti itu adanya karena kegiatan ini lepas sama sekali karena tidak ada pemantauan.


Usaha mengkampanyekan go green tentu tidak gampang karena harus dimulai dari diri sendiri bersama keluarga dan lingkungan terdekat. Tetapi dengan komitmen dan kerja sama antar komunitas (karyawan/masyarakat), dan tentu saja pemerintah, tidak ada yang mustahil dikerjakan. Jadi kenapa tidak dicoba (lagi ? ).
Tweet
← Posting Lebih Baru Posting Lama → Beranda

Kami juga ada di Facebook

Saran Materi

  • Ciri-ciri makhluk Hidup
  • Mekanisme Sensoris dan Motoris pada Indra Peraba, Pengecap dan Pembau
  • Penyebaran Keanekaragaman Hayati di Indonesia
  • 9 Filum yang Terdapat pada Kingdom Animalia
  • Pengertian Etnobiologi (ethnobiology)
Diberdayakan oleh Blogger.
  • Laporan Praktikum

Dapatkan Materi Via Email

Masukkan Email Anda:

Delivered by FeedBurner

Copyright 2012 - 2015 Biologi Indonesia - All Rights Reserved A Member Of Sains mini - Powered by Blogger