A. Penyakit ditimbulkan
1. Sinusitis
Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis dapat bersifat akut (selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).
Penyakit Sinusitis
Di dalam tubuh manusia terdapat bakteri Haemophillus influenzae yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit. Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
Penyakit
Sinusitis
Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika penderita bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri ketika ditekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena, antara lain :
Sinusitis
frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.
Sinusitis
maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi
dan sakit kepala.
Sinusitis
etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan di antara mata serta
sakit kepala di dahi, juga bisa menyebabkan nyeri bila pinggiran
hidung ditekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.
Sinusitis
sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan
dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang,
atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.
2.
Artrisis Infeksiosa
Artritis
Infeksiosa adalah infeksi pada cairan (cairan sinovial, cairan rongga
sendi) dan jaringan dari suatu sendi. Bakteri
biasanya mencapai sendi melalui aliran darah, tetapi suatu sendi
dapat terinfeksi secara langsung melalui pembedahan, penyuntikan atau
cedera.
Haemophillus
influenzae sering menyerang bayi dan anak-anak. Anak-anak biasanya
mengalami demam dan nyeri. Anak cenderung tidak mau menggerakkan
sendi karena terasa nyeri. Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa,
gejala dimulai sangat tiba-tiba. Sendi tampak merah dan teraba
hangat, pergerakan dan perabaan akan terasa sangat nyeri. Cairan yang
terkumpul dalam sendi yang terinfeksi, menyebabkan sendi membengkak
dan kaku. Penderita juga bisa mengalami demam dan menggigigil.
3.
Meningitis
Meningitis
adalah suatu peradangan pada selaput yang membungkus otak (meningens)
akibat dari infeksi bakteri. Sebagian besar kasus meningitis pada
bayi baru lahir merupakan komplikasi dari sepsis (infeksi darah).
Haemophillus influenzae dalam keadaan normal terdapat di lingkungan
sekitar dan bahkan bisa hidup di dalam hidung dan sistem pernafasan
manusia tanpa menyebabkan keluhan.
Gejalanya
berupa demam atau suhu tubuh yang sangat rendah, gangguan pernafasan,
jaundice (sakit kuning), bayi tampak mengantuk, kejang, muntah,
rewel. Pada 25% kasus, ubun-ubun bayi tampak menonjol atau teraba
keras karena adanya peningkatan tekanan cairan di sekeliling otak.
Bisa terjadi kerusakan pada saraf yang mengontrol gerakan mata dan
wajah sehingga terjadi gerakan mata ke arah dalam dan luar atau
wajahnya mencong ke salah satu sisi. Di dalam otak bayi bisa
terbentuk abses (kantong nanah). Jika abses membesar, maka tekanan
terhadap otak akan meningkat dan menyebabkan muntah, pembesaran
kepala serta penonjolan ubun-ubun. Jika gejalanya semakin memburuk,
berarti abses telah pecah dan mengeluarkan nanahnya ke dalam rongga
di sekeliling otak sehingga infeksi semakin menyebar.
B.
Pengobatan
1.
Sinusitis
Biasanya
diberikan dekongestan untuk mengurangi penyumbatan,
antibiotik untuk mengendalikan infeksi bakteri, serta obat pereda
nyeri untuk mengurangi rasa nyeri.
Untuk
mengurangi peradangan biasanya diberikan obat semprot hidung yang
mengandung steroid. Jika penyakitnya berat, bisa diberikan steroid
per-oral (melalui mulut).
Hal-hal
berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman, antara
lain menghirup uap dari sebuah vaporizer atau semangkuk air panas,
obat semprot hidung yang mengandung larutan garam, dan kompres hangat
di daerah sinus yang terkena.
Jika
tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-satunya
jalan untuk mengobati sinusitis kronis adalah pembedahan. Pada
anak-anak, keadaannya seringkali membaik setelah dilakukan
pengangkatan adenoid yang menyumbat saluran sinus ke hidung. Pada
penderita dewasa yang juga memiliki penyakit alergi kadang ditemukan
polip pada hidungnya. Polip sebaiknya diangkat sehingga saluran udara
terbuka dan gejala sinus berkurang. Teknik pembedahan yang sekarang
ini banyak dilakukan adalah pembedahan sinus endoskopik fungsional.
2.
Artrisis Infeksiosa
Antibiotik
diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah), agar tercapai
jumlah obat yang cukup, yang sampai ke sendi yang terinfeksi. Jika
antibiotiknya tepat, biasanya perbaikan akan terjadi dalam waktu 48
jam.
Untuk
mencegah pengumpulan nanah, yang bisa merusak sendi, nanah
dikeluarkan melalui bantuan sebuah jarum. Jika sendi tidak dapat
dijangkau dengan jarum, kadang-kadang dimasukkan suatu selang untuk
mengeluarkan nanahnya. Jika pengaliran nanah dengan jarum atau selang
tidak berhasil, dilakukan artroskopi atau pembedahan.
Pada
awalnya penggunaan bidai bisa membantu meringankan nyeri, tetapi bisa
menyebabkan kekakuan dan kehilangan fungsi yang menetap.
3.
Meningitis
Antibiotik
dosis tinggi diberikan melalui infus. Atau
segera diberikan antibiotik intravena dan kortikosteroid intravena
untuk menekan peradangan. Cairan diberikan untuk menggantikan
kehilangan cairan karena demam, berkeringat, muntah dan nafsu makan
yang buruk.
C.
Epidemiologi, Pencegahan & Pengendalian
Haemophillus
influenzae tipe b ditularkan dari orang ke orang melalui jalur
pernapasan. Penyakit akibat Haemophillus influenzae tipe b dapat
dicegah dengan pemberian vaksin konjugat Haemophilus b pada
anak-anak. Anak-anak berumur 2 bulan atau lebih dapat diimunisasi
dengan vaksin konjugat Haemophillus influenzae tipe b dengan satu
dari dua pembawa dengan dosis boster yang diperlukan sesuai anjuran
standar.
Anak-anak
berumur 15 bulan atau lebih dapat menerima vaksin konjugat
Haemophillus influenzae tipe b dengan toksoid difteri (yang tidak
bersifat imunogenik pada anak-anak yang lebih muda). Vaksin tidak
mencegah timbulnya pembawa untuk Haemophillus influenzae. Penggunaan
vaksin Haemophillus influenzae tipe b secara luas telah menurunkan
kejadian meningitis karena Haemophillus influenzae pada anak-anak.
Kontak
dengan pasien yang menderita infeksi klinik Haemophillus influenzae
memberi resiko kecil bagi orang dewasa, tetapi memberi resiko nyata
bagi saudara kandung yang nonimun dan anak-anak nonimun lain yang
berusia di bawah 4 tahun yang berkontak erat. Profilaksis dengan
rifampin sangat dianjurkan bagi anak-anak tersebut.