Defenisi
dan Pengertian
Dalam
kurun waktu 20 tahun terakhir ini, bioteknologi telah mengalami
perkembangan sangat pesat. Di beberapa negara maju, bioteknologi
mendapatkan
perhatian serius dan dikembangkan secara intensif dengan
harapan dapat memberi
solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan
yang dihadapi manusia pada saat ini
maupun yang akan datang yang
menyangkut; kebutuhan pangan, obat-obatan,
penelitian, yang pada
gilirannya semuanya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup
umat manusia.
Sebagai
ilustrasi; penemuan-penemuan baru dibidang immunologi (ilmu yang
mempelajari sistem kekebalan tubuh) telah berhasil diproduksi
antibodi-monoklonal
(MAb) secara massal. Penemuan MAb dengan metode
klonasi (clone), memiliki
kelebihan antara lain: peka
(sensitivitas), khas (spesifitas), dan akurat. Selain itu,
MAb dapat
pula digunakan untuk memberikan jasa pelayanan dalam berbagai hal
seperti: diagnosis suatu penyakit dengan akurat, pencegahan dan
pengobatan
penyakit. Kontribusi MAb telah dapat dirasakan manfaatnya
khususnya dalam dunia
riset (research) seperti: enzymeimmunoassay
(EIA), radioimmunoassay (RIA), dan
immunositokimia
(immunocytochemistry).
Istilah
bioteknologi untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Karl Ereky,
seorang insinyur Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan
produksi babi
dalam skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai
sumber pakannya (Suwanto,
1998). Beragam batasan dan pengertian
dikemukakan oleh berbagai lembaga untuk
menjelaskan tentang
Bioteknologi. Beberapa diantaranya akan diulas singkat sebagai
berikut:
Menurut Bull et al. (1982), bioteknologi merupakan penerapan
asas-asas sains
(ilmu pengetahuan alam) dan rekayasa (teknologi)
untuk pengolahan suatu bahan
dengan melibatkan aktivitas jasad
hidup untuk menghasilkan barang dan/atau
jasa.
Bioteknologi merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
dan
kerekayasaan untuk penanganan dan pengolahan bahan dengan
bantuan agen
biologis untuk menghasilkan bahan dan jasa
(OECD,1982).
Bioteknologi adalah teknik pendayagunaan organisme hidup atau
bagian
organisme untuk membuat atau memodifikasi suatu produk dan
meningkatkan/memperbaiki sifat tanaman atau hewan atau
mengembangkan
mikroorganisme untuk penggunaan khusus (OTA-US,
1982).
Menurut Primrose (1987), secara lebih sederhana bioteknologi
merupakan
eksploitasi komersial organisme hidup atau komponennya
seperti; enzim.
Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu 'bio' yang berarti makhuk
hidup dan
'teknologi' yang berarti cara untuk memproduksi barang
atau jasa. Dari paduan
dua kata tersebut European Federation of
Biotechnology mendefinisikan
bioteknologi sebagai perpaduan dari
ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa
yang bertujuan meningkatkan
aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari
organisme hidup,
dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan
jasa.
Atau secara tegas dinyatakan, Bioteknologi merupakan penggunaan
terpadu
biokimia, mikrobiologi, dan ilmu-ilmu keteknikan dengan
bantuan mikroba,
bagian-bagian mikroba atau sel dan jaringan
organisme yang lebih tinggi dalam
penerapannya secara teknologis
dan industri (EFB., 1983).
Berdasarkan
terminologinya, maka bioteknologi dapat diartikan sebagai
berikut:
“Bio” memiliki pengertian agen hayati (living things) yang
meliputi; organisme
(bakteri, jamur (ragi), kapang), jaringan/sel
(kultur sel tumbuhan atau hewan),
dan/atau komponen sub-selulernya
(enzim).
“Tekno” memiliki pengertian teknik atau rekayasa (engineering)
yaitu segala
sesuatu yang berkaitan dengan rancang-bangun, misalnya
untuk rancang bangun
suatu bioreaktor. Cakupan teknik disini sangat
luas antara lain; teknik industri dan kimia.
“Logi” memiliki pengertian ilmu pengetahuan alam (sains) yang
mencakup;
biologi, kimia, fisika, matematika dsb. Ditinjau dari
sudut pandang biologi
(biosain), maka bioteknologi merupakan
penerapan (applied); biologi molekuler,
mikrobiologi, biokimia, dan
genetika. Dengan demikian, bioteknologi merupakan
penerapan
berbagai bidang (disiplin) ilmu (interdisipliner). Oleh karena itu,
tidak
ada seorangpun yang dapat menguasai seluruh aspek
bioteknologi.
Berdasarkan
definisi dan pengertian di atas, maka bioteknologi tidak lain
adalah
suatu proses yang unsur-unsurnya sebagai berikut:
Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti;
beras, anggur,
susu dsb.
Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses penguraian
atau
penyusunan oleh agen hayati.
Output yaitu produk baik berupa barang dan/atau jasa, seperti;
alkohol, enzim,
antibiotika, hormon, pengolahan limbah.
|
Skema
Proses Bioteknologi
|
Apapun
batasan yang diberikan oleh para ahli yang pasti dalam proses
bioteknologi terkandung tiga hal pokok :
Agen biologis (mikroba, enzim, sel tanaman, sel hewan)
Pendayagunaan secara teknologis dan industrial
Produk dan jasa yang diperoleh.
Dahulu
bioteknologi dianalogikan dengan industri mikrobiologi (industri
yang
berbasis pada peran agen-agen mikrobia). Tetapi perkembangan
selanjutnya,
tanaman dan hewan juga dieksploitasi secara komersial
seperti; hortikultura dan
agrikultura. Dengan demikian, “payung”
bioteknologi sangatlah luas mencakup
semua teknik untuk menghasilkan
barang dan jasa dengan memanfaatkan sistem
biologi.
Sejarah
Biotekologi
Bioteknologi
dalam artian pemanfaatan mikroorganisme untuk mengolah
makanan dan
minuman, telah dikenal sejak jaman dahulu sebelum masehi. Orang
mesir kuno telah mengenal pemanfaatan mikroorgansime untuk membuat
bir,
anggur, vinegar, keju, tuak, yoghurt dsb. Bioteknologi telah
mengalami
perkembangan sesuai jamannya untuk memproduksi; alkohol,
penisilin, dan akhirnya
antibodi monoklonal.
Prospek
ke depan, terdapat indikasi bahwa perkembangan penerapan
bioteknologi dalam segala bidang kehidupan akan semakin meningkat
dengan
didukung oleh penemuan-penemuan baru dan penerapan
metode-metode baru.
Kemajuan yang sangat menggembirakan dalam
bioteknologi adalah penerapan
rekayasa genetika dengan menyisipkan
gen-gen tertentu yang dikehendaki kedalam sel yang telah dikultur
dengan tujuan untuk memproduksi insulin dan/atau beberapa
hormon
pertumbuhan dalam skala besar. Demikian pula penggunaan antibodi
monoklonal sangat meluas baik untuk penelitian maupun uji klinis
termasuk
diagnosis dan bahkan upaya mencapai target spesifik untuk
pengobatan.
Perencanaan
strategis dalam Bioteknologi: kompetensi menguasai
bioteknologi
dapat tercapai manakala pembinaan sumber daya manusia
diorientasikan
pada kompetensi meneliti dan menerapkan metode-metode mutakhir
bioteknologi. Kemampuan menguasai dan mengaplikasikan metode-metode
mutakhir
bioteknologi seperti: kultur jaringan, rekayasa genetik,
hibridoma, kloning, dan
polymerase chains reaction (PCR) secara
prospektif akan mampu menghasilkan
produk-produk penemuan baru.
Bull,
et al., (1982) menyatakan bahwa: Istilah bioteknologi mempunyai
pengertian sebagai penerapan teknik-teknik biologi, biokimia dan
rekayasa dalam
pengolahan bahan dengan memanfaatkan agensia jasad
hidup dankomponan-
komponen untuk menghasilkan barang dan jasa
(Triwibowo Juwono, 2001). Secara
umum, bioteknologi dapat
diklafikasikan menjadi dua aras yaitu: bioteknologi
konvensional dan
bioteknologi modern.
Aplikasi
bioteknologi sesungguhnya telah berlangsung cukup lama, dalam
peradapan manusia; seperti upaya produksi antibiotik, fermentasi,
alcohol, pangan
dan teknologi pengolahan limbah ; yang kesemuanya
dapat dikelompokan ke dalam
biteknologi konvensional. Tetapi mengapa
nampaknya biteknologi baru saja
berkembang pada kurun abad ke dua
puluh ini? Karena secara implisit yangdimaksud
bioteknologi adalah
biteknologi modern, yang intinya adalah rekayasa genetik,
dengan
teknik gen kloning yang berkembang berdasar penemuan struktur dan
fungsi
DNA oleh Watson dan Creck.
Dalam
perkembangannya, bioteknologi telah mencapai tingkat rekayasa yang
lebih terarah, sehingga hasilnya dapat dikendalikan. Dengan teknik
yang dikenal
sebagai teknik DNA rekombinan, atau secara popular
dikenal sebagai rekayasa
genetika. Para ilmuan dapat menyambung
molekul-molekul DNA yang berbeda
menjadi suatu molekul DNA
rekombinan yang inti prosesnya adalah “kloning gena”.