Pengolahan
dan pengawetan makanan atau minuman dengan menggunakan mikroba
bertujuan agar
zat makanan tidak lekas busuk (rusak), selain itu, juga memiliki rasa
dan bau yang enak (khas) serta kandungan gizi yang kaya dan lengkap.
Beberapa produk minuman hasil fermentasi antara lain: bir, yoghurt,
keju, cuka, sirkol, acar, sosis, kecap, tempe, tape, oncom, dsb.
Pengertian
Fermentasi
Fermentasi
merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak lama
sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah
substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan
bantuan mikroba.
Bioteknologi
berbasis fermentasi sebagian besar merupakan proses produksi barang
dan jasa dengan menerapkan teknologi fermentasi atau yang menggunakan
mikroorganisme untuk memproduksi makanan dan minuman seperti: keju,
yoghurt, minuman beralkohol, cuka, sirkol, acar, sosis, kecap, dll.
Produk-produk
tersebut biasanya dimanfaatkan sebagai minuman atau makanan.
Bioteknologi fermentasi, teknologi fermentasi merupakan teknologi
yang menggunakan mikroba untuk memproduksi makanan dan minuman.
Sejarah
Ferementasi
Fermentasi
merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak lama
sejak jaman kuno.
6000-4000 SM: teknologi fermentasi pembuatan bir di Sumeria dan
Mesir
Abad ke-14: distilasi untuk menghasilkan minuman beralkohol tinggi
di Cina
Sebelum 1865 : teknologi pembuatan bir, anggur, keju, yogurt, dan
makanan lainnya sebagai hasil dari proses fermentasi (era
pra-Pasteur)
1865-1940: teknologi pembuatan etanol, butanol, aseton, gliserol,
asam-asam organik (era Pasteur).
Fermentasi
dapat dibedakan menjadi:
fermentasi aerob jika memerlukan oksigen mengubah substrat gula
menjadi dan hasil akhirnya asam piruvat dan karbondioksida (CO2),
dan,
fermentasi anaerob jika tidak memerlukan oksigen, gula akan diubah
menjadi asam piruvat, kemudian asetaldehida dan akhirnya menjadi
alkohol; etanol atau methanol dan asam laktat.
Sebagai
suatu proses fermentasi memerlukan:
1.
Mikroba sebagai inokulum (starter).
2.
Tempat (wadah) untuk menjamin proses fermentasi berlangsung dengan
optimal.
3.
Substrat sebagai tempat tumbuh (medium) dan sumber nutrisi bagi
mikroba.
4.
Produk, sesuatu yang dihasilkan dari proses fermentasi.
Prinsip-prinsip
Fermentasi
Hal-hal
yang perlu diperhatikan agar fermentasi dapat berjalan dengan
optimal, maka harus memperhatikan faktor-faktor berikut ini:
1.
Aseptis: terbebas dari kontaminan
2.
Volume kultur relatif konstan (tidak bocor atau menguap)
3.
Kadar oksigen terlarut harus memenuhi standar
4.
Kondisi lingkungan seperti: suhu, pH harus terkontrol.
5.
Komposisi medium pertumbuhan harus mencukupi kebutuhan mikroba.
6.
Penyiapan inokulum harus murni.
7.
Sifat fermentasi
8.
Prinsip kultivasi mikroba dalam sistem cair
9.
Desain bioreaktor (fermenter)
10.
Desain medium
11.
Instrumentasi dan pengendalian proses dalam bioreaktor
12.
Tenik pengukuran
13.
Pemindahan massa dan energi
14.
Peningkatan skala
15.
Fermentasi substrat padat
16.
Kultur biakan murni (isolat)
17.
Tahap produksi akhir.
Sifat
Fermentasi
1.
Aerob memerlukan adanya oksigen.
2.
Anaerob tidak memerlukan adanya oksigen.
Produk-produk
Aplikasi Industri Bioteknologi Fermentasi
Dalam
dimensi baru teknologi fermentasi mikroba berperan untuk
menghasilkan:
Bir, minuman beralkohol. Sari buah, atau gula diiberi Saccharomyces
cerevisiae kemudian diinkubasikan akan didapatkan minuman
beralkohol.
Yoghurt, diproduksi dengan cara memfermentasi air susu dengan
bakteri bukan khamir. Biasanya menggunakan campuran Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Pada pembuatan yoghurt
air susu dipasteurisasi pada suhu 73oC selama 15 detik.
Kemudian ditambahkan kultur starter bakteri. Fermentasi pada suhu
40oC selama 2,5 -3,5 jam sampai susu menggumpal, dan asam
laktat dihasilkan. Bakteri mengubah gula susu (laktosa) pada kondisi
anaerobic. Lactose diubah menjadi asam laktat yang bersifat
menggumpalkan casein (protein susu). Dihasilkan krem yoghurt tebal
dengan rasa sedikit asam. Yoghurt sebaiknya disimpan pada suhu 4o
C untuk mengurangi aktivitas mikroba.
Keju, berbagai jenis bakteri dapat digunakan untuk memfermentasi
susu menjadi keju, tergantung jenis keju yang dihasilkan. Biasanya
digunakan spesies Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus
bulgaricus. Enzim yang diperlukan untuk menghasilkan keju adalah
rennet yang mengandung chymosin yang bersifat menggumpalkan casein.
VCO, santan kelapa bagian kanil (lapisan atas) diberikan inokulum
dieramkan beberapa hari kemudian didapatan minyak kelapa murni (VCO)
yang memiliki khasiat sebagai obat.
Nata de coco (air kelapa), Nata de pina (nanas), nata de soya
(limbah tahu). Acetobater xylinum ditumbuhkan pada substrat gual
yang diberi air kelapa dieramkan beberapa hari didapatkan nata de
coco. Yang kaya serat dan baik untuk sumber makanan berserat tinggi.
Protein sel tunggal. Biomassa (single cell protein). Mikroorganisme
selain berperan dalam fermentasi juga sebagai penghasil protein yang
disebut single cell protein (SCP). SCP selain mengandung protein
juga mengandung karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Untuk
memenuhi kebutuhan pangan terutama sumber protein yang semakin
meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk diperlukan
langkah bioteknologi untuk memproduksi protein dalam kuantitas cukup
dan kualitas baik. Mengapa mikroorganisme karena pertumbuhannya
cepat yaitu 20 – 120 menit (bakteri), algae (2 – 6 jam).
Sedangkan ayam (3 – 4 minggu). Hal-hal yang mesti diperhatikan
dalam pemanfaatan mikroorganisme sebagai penghasil protein antara
lain: keamanan, nilai nutrisi, dan penerimaan masyarakat. Kelebihan
mikroorganisme untuk produksi SCP antara lain: pertumbuhan cepat,
mudah dimodifikasi secara genetic, mengandung protein relatif
tinggi, memerlukan ruang yang relatif sempit, dan dapat tumbuh pada
berbagai substrat (raw material).
Produksi antibiotik. Streptomycin oleh streptomyces, penisilin oleh
peniclium notatum.