Pengertian
Enzim
Enzim
adalah protein yang pada hakekatnya mengkatalisis semua reaksi
biokimia. Enzim ini berubah menjadi sangat khas, seperti misalnya
terhadap jenis reaksi yang dikatalisisnya dan bahkan tempat pada
substrat khusus dimana enzim itu dapat berfungsi. Enzim memulai
kegiatan dengan membentuk suatu kompleks dengan substratnya. Kompleks
enzima-substrat dapat digabung menjadi satu oleh tarikan van der
Waals dan tarikan elektrostatik oleh ikatan hidrogen, atau yang
kurang umum oleh pembentukan ikatan kovalen. Kompleks terbentuk pada
sisi aktif dari enzim. Tempat ini juga merupakan daerah enzim yang
memacu reaksi yang khas. Sisi aktif itu harus memiliki atom dan
konfigurasi yang tepat, baik untuk mengikat maupun untuk
mengkatalisis (Pine, dkk., 1988).
Enzim,
seperti protein lain, mempunyai berat molekul yang berkisar dari
kira-kira 12.000 sampai lebih dari 1 juta. Oleh karena itu, enzim
berukuran amat besar dibandingkan dengan substrat atau gugus
fungsional targetnya. Beberapa enzim hanya terdiri dari polipeptida
dan tidak mengandung gugus kimiawi selain residu asam amino. Akan
tetapi enzim lain memerlukan tambahan komponen kimia bagi
aktivitasnya komponen ini disebut kofaktor. Kofaktor mungkin suatu
molekul anorganik seperti ion Fe2+ , Mn2+ atau
Zn2+ atau mungkin juga suatu molekul anorganik kompleks
yang disebut koenzim. Beberapa enzim membutuhkan baik koenzim maupun
satu atau lebih ion logam bagi aktivitasnya. Pada beberapa enzim,
koenzim atau ion logam hanya terikat secara lemah atau dalam waktu
sementara pada protein, tetapi pada enzim lain senyawa ini terikat
kuat, atau terikat secara permanen yang dalam hal ini disebut gugus
prostetik. Enzim yang strukturnya sempurna dan aktif mengkatalisis,
bersama-sama dengan koenzim atau gugus logamnya disebut holoenzim.
Koenzim dan ion logam bersifat stabil sewaktu pemanasan, sedangkan
bagian protein enzim akan terdenaturasi oleh pemanasan (Lehninger,
1997).
Enzim
menyusun sebagian besar dari protein total dalam sel. Suatu sel dapat
memuat 3.000 jenis molekul enzim dan sejumlah besar molekul dari tiap
jenis. Enzim dapat mempercepat reaksi kimia, sedangkan protein lain
tak dapat. Oleh karena itu, enzim adalah katalis. Selain mampu
meningkatkan reaksi, enzim memiliki dua sifat lain sebagai katalis
sejati. Pertama, enzim tak berubah oleh reaksi yang dikatalisnya.
Kedua (dan yang penting), walaupun dapat mempercepat reaksi, enzim
tidak mengubah kedudukan normal dari kesetimbangan kimia. Dengan kata
lain, enzim dapat membantu mempercepat pembentukan produk, tetapi
akhirnya jumlah produk tetap sama dengan produk yang diperoleh tanpa
enzim (Lehninger, 1997).
Untuk
aktifitas biologis, beberapa enzim memerlukan gugus–gugus prostetik
atau kofaktor. Kofaktor ini merupakan bagian nonprotein dari enzim
itu. Suatu kofaktor dapat berupa ion logam sederhana, ion tembaga
misalnya merupakan kofaktor bagi enzim asam askorbat oksidase. Enzim
lain mengandung molekul organik nonprotein sebagai kofaktor. Gugus
prostetik organik seringkali dirujuk sebagai suatu koenzim (Fessenden
& Fessenden, 1994).
Suatu
enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan
inilah ciri suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis lain
(bukan enzim) yang dapat bekerja terhadap berbagai macam reaksi.
Enzim urase hanya bekerja terhadap urea sebagai substratnya namun
enziim tersebut mempunyai kekhasan tertentu. Misalnya enzim esterase
dapat menghidrolisis beberapa ester asam lemak, tetapi tidak dapat
menghidrolisis substral lain yang bukan ester. Kekhasan enzim
terhadap suatu reaksi disebut kekhasan reaksi (Poedjiadi, 1994).
Untuk
dapat bekerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada hubungannya
atau kontak antara enzim dengan substratnya suatu enzim mempunyai
ukuran lebih besar daripada substratnya. Oleh karena itu tidak
seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan substrat. Hubungan
antara substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian tertentu saja.
Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau kontak dengan
substrat dinamai bagian aktif (active site). Hubungan hanya mungkin
terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang tepat dapat
menampung substrat. Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat
menyebabkan terjadinya kompleks enzim–substrat, kompleks ini
merupakan kompleks yang aktif,
yang
bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang
diinginkan telah terjadi (Poedjiadi, 1994)
Faktor
– faktor yang mempengaruhi kerja enzim
a.
Konsentrasi Enzim
Seperti
pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi
substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya
konsentrasi enzim.
b.
Konsentrasi Substrat
Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap,
maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan
reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi
kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar.
Keadaan ini telah diterangkan oleh Michaelis–Menten dengan
hipotesis mereka tentang terjadinya kompleks enzim substrat.
c.
Suhu
Pada
suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang
lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Disamping itu, karena
enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan
terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka
bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi
efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan
menurun. Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat
menaikkan kecepatan reaksi.
d.
Pengaruh pH
Enzim
dapat berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan ganda
(zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan
berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk
kompleks enzim substrat. Disamping pengaruh terhadap struktur ion
pada enzim, pH rendah atau pH tinggi dapat pula menyebabkan
terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya
aktivitas enzim.
e.
Pengaruh Inhibitor
Hambatan
yang dilakukan oleh inhibitor dapat berupa hambatan tidak reversibel.
Hambatan tidak reversibel pada umumnya disebabkan oleh terjadinya
proses destruksi atau modifikasi sebuah gugus fungsi atau lebih yang
terdapat pada molekul enzim. Hambatan reversibel dapat berupa
hambatan bersaing atau hambatan tidak bersaing.
Demikialah Materi Tentang Pengertian dan faktor-faktor yang menpengaruhi kerja Enzim, Semoga Bermanfaat ...