Pneumocystis
jirovecii adalah salah satu jenis jamur yang menyebabkan pneumocystis
pneumonia pada pasien yang mempunyai sistem imun yang lemah.
A.
Klasifikasi
Kingdom
: Fungi
Sub
kingdom : Dikarya
Filum
: Ascomycota
Sub
filum : Taphiromycotina
Kelas
: Pneumocystidomycetes
Ordo
: Pneumocystidales
Famili
: Pneumocystidaceae
Genus
: Pneumocystis
Species
: Pneumocystis jirovecii
Pneumocystis
jirovecii merupakan jamur dengan genus Pneumocystis yang ditemukan
dalam tubuh manusia terutama paru-paru, yang memiliki rangkaian RNA
ribosomal 18s. International Code of Botaical Nomenclature (ICBN)
mencantumkan nama Pneumocystis jirovecii sebagai jamur yang
menyebabkan pneumocystis pneumonia pada manusia.
B.
Morfologi
Pneumocystis
jirovecii merupakan salah satu jamur yang termasuk dalam golongan
yeast (khamir) karena mempunyai dinding sel yang ultrastrukturnya
mirip dengan jamur, mempunyai mitokondria dengan krista berbentuk
lamelar dan bentuk kistanya mempunyai badan intrakista yang
menyerupai askospora yang dibentuk oleh ascomycetes. Pneumocystis
jirovecii merupakan obligat parasit yang mempunyai spora yang dapat
bertahan lama hingga menginfeksi inang yang baru. Pneumocystis
jirovecii dapat ditemukan alam bentuk tropozoit maupun kista.
Tropozoit
Pneumocystic jirovecii mempunyai bentuk yang tidak beraturan dan
biasanya bergabung dengan tropozoit-tropozoit lain membentuk suatu
koloni. Dalam koloni ini kadang sulit untuk membedakan tiap
tropozoit. Ukuran diameter tropozoit antara 1,5–5 μm
Sitoplasma tropozoit mempunyai organela-organela dengan jumlah yang
sedikit, contoh : ribosom yang bebas, partikel-partikel glikogen,
struktur seperti pipa dan bercabang-cabang yang menyerupai retikulum
endoplasma. Tropozoit mempunyai nukleus kecil (0,5-1,0 μm)
yang bentuknya bervariasi yang tampak jelas berada di tengah
nukleolus. Vakuola, mikrotubulus dan kompleks golgi ditemukan,
walaupun sering tidak terlihat. Mitokondria dengan krista yang pendek
juga ditemukan. Membran sel tipis, ukurannya berkisar antara 20–30
nm dan fleksibel.
Kista
berbentuk bulat sampai elips dengan diameter 5–8 μm.
Kista berisi 8 badan intrakista dengan diameter 1,2 μm.
Kista mempunyai dua dinding yaitu dinding luar yang mempunyai tebal
15 nm, dan dinding dalam dengan ketebalan 35 nm. Dalam kista terdapat
matriks dan badan intrakista. Dalam matriks terdapat mitokondria,
ribosom, vakuola dan badan intrakista. Badan intrakista mempunyai
bentuk bulat sampai oval, dengan nukleus yang berada di tengah. Dalam
badan intrakista juga terdapat retikulum endoplasma, ribosom,
mitokondria dan partikel glikogen.
|
kista Pneumocystis jirovecii dalam jaringan. |
Kista
yang sudah pecah dan mengeluarkan badan intrakistanya berbentuk
seperti pisang yang hanya berisi matriks.
C.
Daur Hidup
Pneumocystis
jirovecii ditemukan dalam 3 bentuk, yaitu : tropozoit, sporozoit, dan
kista. Tropozoit adalah sel haploid yang dapat membelah diri dengan
binary fission dan dapat bergabung dengan sel-sel yang lain membentuk precyst.
Tropozoit merupakan fase vegetatif dari Pneumonia jirovecii. Kista
merupakan fase yang mempunyai peran dalam proses meiosis dengan
membentuk 8 nukleus dalam badan intrakista kemudian mengalami
delimitasi sel diikuti lepasnya badan intrakista yang kemudian
berubah menjadi tropozoit.
|
Daur hidup Pneumocystis pneumonia |
Penjelasan
gambar :
Tropozoit
akan mengalami pembelahan dengan binary fission membentuk dua
tropozoit, kemudian membelah lagi. Kemudian
tropozoit akan mengalami proses meiosis I yang membentuk precyst
dengan 2 nukleus, kemudian precyst ini akan mengalami proses meiosis
II menghasilkan precyst dengan 8 nukleus, kemudian terjadi delimitasi
sel membentuk 8 badan intrakista yang masing-masing mengandung 1
nukleus sehingga terbentuk kista. Kemudian kista akan pecah dan
membebaskan badan intrakista tadi. Setiap badan intrakista akan
menjai satu tropozoit.
D.
Pneumocystis Pneumonia
Pneumocystis
pneumonia adalah penyakit radang paru-paru yang disebabkan oleh
Pneumocystis jirovecii. Jamur ini dapat menginfeksi paru-paru
menyebabkan pneumonia akut, subakut, bahkan dapat berakibat fatal.
Jamur ini menyerang manusia yang mempunyai imun (kekebalan tubuh)
rendah. Jamur ini dapat menginfeksi anak-anak dan bayi prematur,
terkena malnutrisi, dan yang berumur 2-5 tahun, orang yang mengikuti
terapi kortikoteroid, terapi cytotoxic, terapi immunosuppresive,
orang yang menerima trasplantasi organ yang sudah terinfeksi jamur
ini, orang yang terkena tumor, dan orang yang terserang virus HIV
(AIDS).
E.
Gejala
Gejala-gejala
yang ditunjukkan bila terinfeksi jamur ini adalah melemahnya kondisi
tubuh, berat badan berkurang, demam yang kadang-kadang muncul dan
kadang-kadang hilang, batuk kering (batuk yang tidak berdahak),
dypsnea yang progresif (pernapasan semakin cepat dan pendek-pendek),
tachipnea, dan cyanosis. Selain itu, produksi sputum yang terdapat
darahnya, dan jamur ini dapat keluar dari paru-paru dan menyebar ke
limpa, hati maupun sumsum tulang (walaupun kemungkinannya sedikit).
F.
Penyebaran
Penyakit
ini menyebar di seluruh dunia. Dari data menunjukkan adanya penurunan
manusia yang terjangkit penyakit ini. Akan tetapi, di Afrika terdapat
kenaikan penderita yang terkena penyakit ini, yaitu sebesar 80% dari
orang yang terkena HIV.
G.
Penularan
Penularan
penyakit ini adalah dengan transmisi lewat udara. Tropozoit maupun
spora akan bertaan di udara hingga dapat menginfeksi inang baru.
Tropozoit yang terhirup akan mencapai alveolus dan di alveolus akan
menempel pada pneumocyte. Tropozoit akan membelah diri secara
perlahan tetapi meluas dalam paru-paru dan secara progresif mengisi
alveolus dan akhirnya alveolus ini iisi oleh eksudat yang berbuih.
Tropozoit juga akan membentuk kista yang nantinya disebarkan ke
udara. Penularan dari manusia ke manusia belum terlihat selama
beberapa tahun terakhir. Namun, penularan antar manusia dapat terjadi
melalui transplantasi organ.
H.
Pengobatan
Pneumocystis
pneumonia tidak dapat disembuhkan dengan antifungal. Pneumocystis
pneumonia dapat diobati dengan trimethoprim yang disertai
sulphamethoxazole (co-trimoxazole). Alternatif lain adalah dengan
pemberian pentamidine, primaquine disertai clindamycin, trimetrexate
dan leucovorin dan atovaquone. Pengobatan ini dapat disertai dengan
pemberian glukokortikoid, prednisolone dan methylprednisolone.
Co-trimoxazole
dapat menghambat sintesis asam hidrofolik dengan inhibisi kompetitif
dengan asam para aminobenzoat sehingga menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Pentamidine menghambat pertumbuhan dengan cara
menghalangi fosforilasi oksidatif dan menghambat penggabungan asam
nukleat pada RNA dan DNA yang berakibat pada penghambatan pembentukan
protein dan sintesis fosfolipid. Trimetrexate dan leucovorin
menghambat reduktase dehidrofolate dan melemahkan tekanan pada sumsum
tulang. Clindamycin menghambat pertumbuhan jamur dengan menghalangi
disosiasi peptidyl tRNA dari ribosom sehingga menahan sintesis
protein. Atovaquone menghambat rantai transport elektron dalam
mitokondria dengan menggunakan ubiquinon dalam ubiquinon-sitokrom-c
reduktase, penghambatan ini menyebabkan sintesis asam nukleat dan ATP
terhambat.