Mengenai
unsur utama yang tercakup dalam lingkup taksonomi tumbuhan seperti
identifikasi, tatanama, dan klasifikasi serta konsep-konsep dasar
mengenai taksonomi tumbuhan diuraikan sebagai berikut :
1.
Identifikasi
Selain mengadakan penggolongan atau klasifikasi, unsur utama dalam
taksonomi salah satunya adalah pengenalan atau identifikasi.
Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau
menetapkan identitas (jati diri) suatu tumbuhan (meliputi :
menentukan nama yang benar, tempat yang tepat dalam sistem
klasifikasi)
Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan
tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi.
Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh
dunia ilmu pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin
sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.
Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus
mengikuti aturan yang ada dalam KITT (Kode Internasional Tatanama
Tumbuhan).
Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan
diperkenalkan ke dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang
mendalam tentang isi KITT.
Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan, memerlukan sarana antara lain bantuan orang, spesimen
herbarium, buku-buku flora dan monografi, kunci identifikasi dan
lembar identifikasi jenis.
2.
Tatanama
Peraturan
tentang pemberian nama ilmiah perlu diciptakan agar ada kesamaan
pemahaman di antara ahli-ahli Botani di seluruh dunia tentang apa
yang dimaksud. Nama ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa Latin atau
bahasa yang diperlakukan sebagai bahasa Latin tanpa memperhatikan
dari bahasa mana asalnya.
Tujuan
dari tatanama tumbuhan adalah sebagai berikut :
Sebagai media untuk komunikasi
Menunjukkan identitas tumbuhan
Menunjukkan adanya kekerabatan
-
Sistem pemberian nama
Ada
2 sistem dalam taksonomi untuk sistem pemberian nama antara lain :
1.
Nama daerah/nama lokal/nama umum
Pada
awalnya nama suatu tumbuhan menggunakan bahasa induk orang yang
member nama, dengan demikian satu jenis tumbuhan dapat mempunyai nama
yang berbeda-beda sesuai dengan bahasa orang yang memberikannya.
Misal
: orang Indonesia menyebut pisang, orang Inggris menyebut banana,
orang Jawa Timur menyebut gedang, orang Sunda menyebut cauk.
Nama
daerah atau nama lokal ini dasar pemberian nama berbeda- beda dan
mempunyai sifat khusus, bersifat tidak universal artinya tanpa metode
penamaan dan penggunaannya sangat terbatas. Beragamnya sebutan atau
bahasa untuk satu jenis tumbuhan dalam taksonomi dikategorikan nama
nama daerah/nama lokal/nama umum.
2.
Nama ilmiah
Berkembangnya
ilmu taksonomi tumbuhan, maka muncul nama ilmiah (scientific name).
Dimana sistem pemberian nama ilmiah ini bersifat netral dan dapat
diterima semua pihak, dimana setiap jenis memiliki satu nama ilmiah
dan bahasa ilmiah yang dilatinkan sehingga dapat diterima dan
digunakan oleh seluruh ilmu taksonomi di seluruh dunia.
-
Sistem Penamaan Binomial
Tatanama
binomial (binomial = dua nama) merupakan aturan penamaan baku bagi
semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari
sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama
spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam
bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Oleh penyusunnya yaitu
Carolus Linnaeus aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi,
tumbuhan dan hewan, namun kemudian dikembangkan dan diterapkan juga
untuk bakteri. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah 'nama
ilmiah' (scientific name). Nama ilmiah seringkali disebut sebagai
"nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat sepenuhnya,
karena sebagian besar nama yang diberikan bukan istilah asli dalam
bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang yang pertama
kali memberi deskripsi (deskriptor) kemudian dilatinkan.
-
Aturan Penulisan :
Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama
genus di awal dan nama spesies mengikutinya.
Nama genus SELALU diawali dengan huruf kapital (huruf besar,
uppercase) dan nama spesies SELALU diawali dengan huruf biasa (huruf
kecil, lowercase).
Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya,
artinya: suatu teks yang semuanya menggunakan huruf kapital/balok,
misalnya pada judul suatu naskah, tidak menjadikan penulisan nama
ilmiah menjadi huruf kapital semua) kecuali untuk hal berikut: Pada
teks dengan huruf tegak (huruf latin), nama ilmiah ditulis dengan
huruf miring (huruf italik), dan sebaliknya. Contoh : Cyprinus
carpio, Marsilea crenata, Pada teks tulisan tangan, nama ilmiah
diberi garis bawah yang terpisah untuk nama genus dan nama spesies.
Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan) dari
deskriptor boleh diberikan di belakang nama spesies, dan ditulis
dengan huruf tegak (latin) atau tanpa garis bawah (jika tulisan
tangan). Jika suatu spesies digolongkan dalam genus yang berbeda
dari yang berlaku sekarang, nama deskriptor ditulis dalam tanda
kurung. Contoh : Glycine max Merr., Passer domesticus (Linnaeus,
1978) (Merr. adalah singkatan dari deskriptor (dalam contoh ini E.D.
Merrill) yang hasil karyanya diakui untuk menggambarkan Glycine max.
Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah
biasanya menyusul dan diletakkan dalam tanda kurung. Contoh :
PENGUJIAN AKTIVITAS PROTEIN ANTIMIKROBIA DARI BIJI MELINJO (Gnetum
gnemon L.) TERHADAP BEBERAPA MIKROBIA PATOGENIK TANAMAN.
Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali.
Penyebutan selanjutnya cukup dengan mengambil huruf awal nama genus
dan diberi titik lalu nama spesies secara lengkap. Contoh : salah
satu penyebab penyakit penting pada tanaman cabai adalah Fusarium
oxysporum, karena menyebabkan rendahnya produksi. Kehilangan
produksi akibat F. oxysporum ini berkisar 5-30% .
Singkatan "sp." (zoologi) atau "spec." (botani)
digunakan jika nama spesies tidak dapat atau tidak perlu dijelaskan.
Singkatan "spp." (zoologi dan botani) merupakan bentuk
jamak. Contoh : Canis sp., berarti satu jenis dari genus Canis;
Adiantum spp., berarti jenis-jenis Adiantum
-
Cara Pemberian Nama Kelas, Bangsa, Famili dan Spesies
Nama kelas : nama genus + nae;
contoh
: Psilophti + nae sehingga menjadi kelas Psilophtinae
Kelas
: Psilophtinae;
Ordo
: Psilotales;
Famili
: Psilotaceae;
Spesies
: Psilotum nudum
Nama ordo : nama genus + ales;
contoh
: Lycopodi + ales sehingga menjadi ordo Lycopodiales
Kelas
: Lycopodiinae;
Ordo
: Lycopodiales;
Famili
: Lycopodineae;
Spesies
: Lycopodium cernum
Nama famili : nama genus + aceae;
contoh
: Marchantia + ceae sehingga menjadi family Marchantiaceae
Kelas
: Hepaticeae;
Ordo
: Marchantiales;
Famili
: Marchantiaceae;
Spesies
: Marchantia polymorpha
Demikianlah materi tentang Taksonomi ini saya sampaikan, semoga bermanfaat ...