Archaebacteria - Kelompok Archaebacteria merupakan organisme yang menempati
daerah yang ekstrim seperti sumber air panas dan air dengan kadar garam
(salinitas) tinggi. Para ilmuwan mengelompokkan Archaebacteria ke dalam tiga
kelompok, yaitu Metanogenik, Halofilik dan Termofilik (Start and Taggart, 1995:
352).
Metanogenik
Kelompok Archaebacteria ini bersifat anaerobik dan
kemosintetik. Bakteri ini memperoleh makanan dengan mereduksi CO2
menggunakan H2 menjadi metana (CH4). Hidup di rawa-rawa
dan danau yang kekurangan oksigen karena konsumsi mikroorganisme lain.
Metanogenik juga berperan dalam pembusukan sampah dan kotoran ternak.
Metanogenik merupakan bakteri utama dalam pembentukan biogas atau gas metana.
Beberapa bakteri metanogenik bersimbiosis dalam rumen herbivora dan hewan
pengonsumsi selulosa lainnya. Contohnya Methanosarcina mazei.
|
Salah satu bakteri metanogenik, Methanosarcina mazei |
Halofilik
Bakteri Halofilik (halo: garam, philis: suka) ini hidup
pada lingkungan dengan kadar garam tinggi dan sebagian memerlukan kadar garam 10
kali lebih tinggi daripada air laut untuk dapat hidup. Beberapa bakteri
halofilik dapat berfotosintesis dan memiliki zat warna yang disebut
bacteriorodhopsin.
Termofilik
Sesuai dengan namanya (thermo: panas,
philis: suka), Archaebacteria ini hidup di tempat dengan suhu 60°C
hingga 80°C. Beberapa bakteri termofilik mampu mengoksidasi sulfur, seperti
Sulfolobus yang hidup di mata air sulfur. Bahkan, beberapa spesies mampu hidup
dekat rekahan dasar laut dengan suhu 105°C.
|
Bakteri Termofilikdapat hidup di rekahan dasar laut. |